Jumat, 11 Januari 2013

kerajinan tangan. bunga dari pita jepang, daun dari sedotan plastik, pas bunga dari bekas botol minuman, dan taplak meja dari bahan di motip bunga dengan sulaman tangan dari benang.
semoga bermanfaat...!!! 

Senin, 07 Januari 2013

makalah konsep islam tentang pendidikan


BAB I
PENDAHULUAN

A.        Latar belakang
Al-Qur’an merupakan sumber pendidikan dan ilmu pengetahuan yang mengajarkan manusia dengan bahasanya yang lemah lembut, balaghoh yang indah, sehingga al-Qur’an membawa dimensi baru terhadap pendidikan dan berusaha mengajak para ilmuwan untuk menggali maksud kandungannya agar manusia lebih dekat kepada-Nya.
Petunjuk pendidikan dalam al-Qur’an tidak terhimpun dalam kesatuan pragmen tetapi ia diungkapkan dalam berbagai ayat dan surat al-Qur’an, sehingga untuk menjelaskannya perlu melalui tema-tema pembahasan yang relevan dan ayat-ayat yang memberikan informasi-informasi pendidikan yang dimaksud.
Al-Qur’an mengintroduksikan dirinya sebagai pemberi petunjuk kepada jalan yang lebih lurus (Q.S. Al-Israa: 19)
وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِن ٌ فَأُوْلَائِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورا ً
“Dan berapa banyaknya kaum sesudah Nuh telah Kami binasakan. Dan cukupkan Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Melihat dosa hamba-hamba-Nya.”
Petunjuk-petunjuknya bertujuan memberi kesejahteraan dan kebahagiaan bagi manusia, baik secara pribadi maupun kelompok, dan karena itu ditemukan petunjuk-petunjuk bagi manusia dalam kedua bentuk tersebut.
Muhammad Rasulullah dipandang sukses dalam mendidik masyarakatnya menjadi masyarakat yang berbudi tinggi dan akhlak mulia. Pada mulanya masyarakat Arab adalah masyarakat jahiliyah, sehingga perkataan primitif tidak cukup untuk menggambarkannya, hingga datang Rasulullah yang membawa mereka untuk meninggalkan kejahiliahan tersebut dan mencapai suatu bangsa yang berbudaya dan berkepribadian yang tinggi, bermoral serta memberi pengetahuan.
Al-Qur’an memberi petunjuk atau arah, jalan yang lurus mencapai kebahagiaan bagi manusia, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 16:

يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَه ُُ سُبُلَ السَّلاَمِ وَيُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِه ِِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيم
“Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.”  
Nabi Muhammad Saw sebagai utusan Allah untuk manusia di bumi ini di beri kuasa oleh Allah sebagai penerima wahyu, yang diberi tugas untuk mensucikan dan mengajarkan manusia sebagaimana dalam surat al-Baqarah ayat 151. Dalam ayat tersebut mensucikan diartikan dengan mendidik, sedang mengajar tidak lain kecuali mengisi benak anak didik dengan pengetahuan yang berkaitan dan metafisika dan fisika.
Tujuan yang ingin dicapai dengan pembacaan, penyucian dan pengajaran tersebut adalah pengabdian kepada Allah, sejalan dengan tujuan penciptaan manusia dalam surat Al-Dzariyat(51) ayat 56:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإِنسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”
Maksudnya Allah tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menjadikan tujuan akhir atau hasil segala aktivitasnya sebagai pengabdian kepada Allah (M. Quraish Shihab, 1994: 172).
Pada makalah ini akan dibahas konsep pendidikan menurut Al-Qur’an yang akan mencoba menafsirkan ayat-ayat yang berkaitan dengan konsep pendidikan yaitu dalam surat Al-Baqarah ayat 31-34, surat Al-Baqarah ayat 129 dan 151, dan surat Luqman ayat 13-14.


BAB II
PEMBAHASAN


KONSEP PENDIDIKAN TENTANG ISLAM
A.        Pengertian Konsep dan Pendidikan
  1. Pengertian konsep
Konsep berasal dari bahasa Inggris “concept” yang berarti “ide yang mendasari sekelas sesuatu objek”,dan “gagasan atau ide umum”. Kata tersebut juga berarti gambaran yang bersifat umum atau abstrak dari sesuatu (A.S. Hornby, A.P. Cowie (Ed), 1974: 174)
Dalam kamus Bahasa Indonesia, konsep diartikan dengan (1) rancangan atau buram surat tersebut. (2) Ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkrit (3) gambaran mental dari objek, proses ataupun yang ada diluar bahasa yang digunakan untuk memahami hal- hal lain (Tim Penyusun, 1989: 456).
  2. Pengertian pendidikan
Pendidikan menurut Mohamad Natsir adalah suatu pimpinan jasmani dan ruhani menuju kesempurnaan kelengkapan arti kemanusiaan dengan arti sesungguhnya (Mohamad Natsir, 1954: 87).
Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Bab 1 ayat 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UU Sisdiknas no. 20 th. 2003)
 
 3. Pengertian pendidikan Islam
a.       menurut Dr. Yusuf Qardawi sebagaimana dikutip Azyumardi Azra memberi pengertian pendidikan Islam yaitu pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karena pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup dan menyiapkan untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis pahitnya (Azyumardi Azra, 2000: 5)
b.      Endang Saefuddin Anshari memberi pengertian secara lebih tehnis, pendidikan Islam sebagai proses bimbingan (pimpinan, tuntunan dan usulan) oleh subyek didik terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan, intuisi), dan raga obyek didik dengan bahan-bahan materi tertentu, pada jangka waktu tertentu, dengan metode tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke arah terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai ajaran Islam (Endang Saefuddin,1976: 85)
c.       Menurut Azyumardi Azra (1998: 5)Pendidikan Islam adalah suatu proses pembentukan individu berdasarkan ajaran-ajaran Islam yang diwahyukan Allah SWT kepada Muhammad Saw
d.      Sedangkan menurut hasil rumusan Seminar Pendidikan Islam se-Indonesia tahun 1960, memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai: “bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.”(Muzayyin Arifin, 2003: 15)
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, terdapat perbedaan antara pengertian pendidikan secara umum dengan pendidikan Islam. Pendidikan secara umum merupakan proses pemindahan nilai-nilai budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Perbedaan tersebut dalam hal nilai-nilai yang dipindahkan (diajarkan). Dalam pendidikan Islam, nilai-nilai yang dipindahkan berasal dari sumber-sumber nilai Islam yakni Al-Qur’an, Sunah dan Ijtihad.
Jadi, pendidikan Islam merupakan proses bimbingan baik jasmani dan rohani berdasarkan ajaran-ajaran agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian muslim sesuai dengan ukuran-ukuran Islam.

B.   Konsep Pendidikan Menurut Al-Qur’an
Merujuk kepada informasi al-Qur’an pendidikan mencakup segala aspek jagat raya ini, bukan hanya terbatas pada manusia semata, yakni dengan menempatkan Allah sebagai Pendidik Yang Maha Agung. Konsep pendidikan al-Qur’an sejalan dengan konsep pendidikan Islam yang dipresentasikan melalui kata tarbiyah, ta’lim dan ta’dib.
Tarbiyah berasal dari kata Robba, pada hakikatnya merujuk kepada Allah selaku Murabby (pendidik) sekalian alam. Kata Rabb (Tuhan) dan Murabby (pendidik) berasal dari akar kata seperti termuat dalam ayat al-Qur’an:
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرا ً
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (Q.S. Al-Israa:24)
Menurut Syed Naquib Al-Attas, al-tarbiyah mengandung pengertian mendidik, memelihara menjaga dan membina semua ciptaan-Nya termasuk manusia, binatang dan tumbuhan (Jalaluddin, 2003: 115). Sedangkan Samsul Nizar menjelaskan kata al-tarbiyah mengandung arti mengasuh, bertanggung jawab, memberi makan, mengembangkan, memelihara, membesarkan, menumbuhkan dan memproduksi baik yang mencakup kepada aspek jasmaniah maupun rohaniah (Samsul Nizar, 2001, 87).
Allah juga menjelaskan, bahwa sesungguhnya Rasul adalah sebaik-baik contoh teladan bagi kamu sekalian.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَة ٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرا
 “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”(Q.S. Al-Ahzab, 21)
Selanjutnya Rasulullah Saw meneruskan wewenang dan tanggung jawab tersebut kepada kedua orang tua selaku pendidik kodrati. Dengan demikian status orang tua sebagai pendidik didasarkan atas tanggung jawab keagamaan, yaitu dalam bentuk kewajiban orang tua terhadap anak, mencakup memelihara dan membimbing anak, dan memberikan pendidikan akhlak kepada keluarga dan anak-anak.
Pendidikan disebut dengan ta’lim yang berasal dari kata ‘alama berkonotasi pembelajaran yaitu semacam proses transfer ilmu pengetahuan. Dalam kaitan pendidikan ta’lim dipahami sebagai sebagai proses bimbingan yang dititikberatkan pada aspek peningkatan intelektualitas peserta didik (Jalaluddin, 2003: 133). Proses pembelajaran ta’lim secara simbolis dinyatakan dalam informasi al-Qur’an ketika penciptaan Adam As oleh Allah Swt. Adam As sebagai cikal bakal dari makhluk berperadaban (manusia) menerima pemahaman tentang konsep ilmu pengetahuan langsung dari Allah Swt, sedang dirinya (Adam As) sama sekali kosong. Sebagaimana tertulis dalam surat al-Baqarah ayat 31 dan 32:
وَعَلَّمَ آدَمَ الأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلاَئِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَاؤُلاَء إِنْ كُنتُمْ صَادِقِينَ
 “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar.”
قَالُوا سُبْحَانَكَ لاَ عِلْمَ لَنَا إِلاَّ مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
 “ Mereka menjawab, “Maha suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Dari ketiga konsep diatas, terlihat hubungan antara tarbiyah, ta’lim dan ta’dib. Ketiga konsep tersebut menunjukkan hubungan teologis  (nilai tauhid) dan teleologis (tujuan) dalam pendidikan Islam sesuai al-Qur’an yaitu membentuk akhlak al-karimah.
C.   Ayat-ayat lain yang berhubungan dengan pendidikan
1.   Surat al-Baqarah ayat 129
رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولا ً مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

 “Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab (Al-Qur’an) dan hikmah serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
2.   Surat al-Baqarah ayat 151
كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولا ً مِنْكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُمْ مَا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ
 “Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu), Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu al-Kitab dan hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.”
3.   Surat Luqman ayat 13
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِه ِِ وَهُوَ يَعِظُه ُُ يَابُنَيَّ لاَ تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيم

“Dan ingatlah ketika luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kedzaliman yang besar.”
4.   Surat Luqman ayat 14
وَوَصَّيْنَا الإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّه ُُ وَهْنا ً عَلَى وَهْن ٍ وَفِصَالُه ُُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang tua (ibu bapaknya); ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku, dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”


BAB III
KESIMPULAN

A.     Pendidikan Islam yang sejalan dengan konsep pendidikan menurut al-Qur’an terangkum dalam tiga konsep yaitu pendidikan tarbiyah, ta’lim dan ta’dib. Pendidikan dalam konsep tarbiyah lebih menerangkan pada manusia bahwa Allah memberikan pendidikan melalui utusan-Nya yaitu Rasulullah Saw dan selanjutnya Rasul menyampaikan kepada para ulama, kemudian para ulama menyampaikan kepada manusia. Sedangkan pendidikan dalam konsep ta’lim merupakan proses tranfer ilmu pengetahuan untuk meningkatkan intelektualitas peserta didik. Kemudian ta’dib merupakan proses mendidik yang lebih tertuju pada pembinaan akhlak peserta didik.
B.     Konsep pendidikan menurut al-Qur’an terangkum dalam ayat-ayat yang berhubungan dengan pendidikan di dalam Kitab al-Qur’an itu sendiri seperti pada ayat-ayat yang telah dijelaskan yaitu surat al-Baqarah ayat 31-34, 129, dan 151 menjelaskan tentang pelajaran yang diberikan Allah kepada Nabi Adam As, dan pokok-pokok pendidikan yang diberikan Rasul kepada umatnya. Surat Luqman ayat 13-14 berisi tentang konsep pendidikan utama yakni pendidikan orang tua terhadap anak.


DAFTAR PUSTAKA

Anshari, Endang Saefuddin, Pokok-Pokok Pikiran tentang Islam, Usaha Enterprise, Jakarta: 1976
Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Jakarta: Logos, Wacana Ilmu
--------, Esei-esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, Jakarta: Logos, Wacana Ilmu, 1998
Arifin, Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2003
Cowie, Hornby, Oxford Advanced Learners Dictionary of Current English, London:Oxford University Press, 1974
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung, Gema Risalah Press, 1992
Jalaluddin, Teologi Pendidikan, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003
Natsir, Muhammad, Kapita Selekta, Bandung, Gravenhage, 1954
Nizar, Samsul, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001
Redaksi Penerbit, Standar Nasional Pendidikan, Jakarta: Asa Mandiri, 2006
Shihab, Umar, Kontekstualitas Al-Qur’an; Kajian Tematik Atas Ayat-Ayat Hukum Dalam Al-Qur’an, Jakarta: Penamadani, 2005
Shihab, Quraish, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002 Vol. 1
--------, Tasfir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002, vol. 11
--------, Membumikan Al-Qur’an, Bandung, Mizan: 1994
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1989

makalah MPAI "tarikh"


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang

Kalian tentu sering menemukan kata Sejarah. Sejarah dalam bahasa arab sering diterjemahkan dengan kata-kata “tarikh”. Kata ini pun tentu tidak asing dalam benak dan pendengaran kalian. Sejarah atau tarikh mengandung arti asal-usul, silsilah. Sejarah atau tarikh adalah pengetahuan atau uraian tentang peristiwa yang benar-benar terjadi dimasa lampau.

Setiap Bangsa, bentuk Pemerintahan, peniggalan-peninggalan sejarah tentu memiliki asal-usul atau latar belakang masing-masing. Demikian juga bahasa, adat istiadat atau kebiasaan, bahkan keykinan yang yang dipakai oleh komunitas tertentu mempunyai sejarah masing-masing.

Dan bila kita ingin mencari sejarah yang mengagumkan dan tradisi yang mulia untuk diikuti dan dimanfaatkan, baik mengenai akhlak mulia, maupun kaidah-kaidah yang utama serta murni politik yang jujur hendaklah mereka mencaridari sumber-sumbernya yang murni yaitu Al-Qur’an dan Hadis yang sahih.







BAB II
PEMBAHASAN
PENGAJARAN SEJARAH ISLAM

1.      Pengertian Sejarah
Sejarah dianggap salah satu bidang studi pendidikan agama. Yang dimaksud dengan sejarah ialah studi tentang riwayat hidup Rasulullah saw, sahabat-sahabat dan imam-imam pemberi petunjuk yang diceritakan kepada muri-murid sebagai contoh teladan yang utama dari tingkah laku manusia yang ideal, baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial.
Sejarah Nabi Saw, merupakan riwayat yang terpenting, karena ia adalah terjemahan dari ajaran  Islam dan merupakan contoh yang tetap hidup bagi orang Islam di setiap tempat dan masa. Sejarah beliau dimulai dari masakelahiran sampai dengan masa kenabian, walaupun disajikan secara ringkas yang merupakan pelengkap dari sejarah beliau sejak dilahirkan sampai beliau menjumpai ajalnya. Ddengan demikian maka pengetahuan tentang riwyat hidup beliau menjadi sempurna. Penyajian seperti inilah yang telah ditempuh ahli-ahli sejarah lama.
Berdasarkan uraian di atas para ahli sejarah Nabi, membagi sejarah beliau pada dua bagian.
Pertama, Riwayat hidup beliau sebelum nubuwwah yakni sejak beliau lahir sampai masa kenabian.
Kedua, Sejarah beliau sejak masa kenabian sampai beliau wafat.




2.      Historiagrafi Sejarah Rosul
Penulisan sejarah Rosul telah bercampur dengan sejarah umum. Ada diantara para sejarawan yang menjadikan satu bab khusus tentang riwayat hidup Rosul dalam buku sejarhnya, dan ada pula yang menulis dalam satu buku tersendiri. Sejarawan yang terakhir ini berusaha memenuhi dorongan agama mereka yang melihat adanya contoh teladan yang utama pada diri Rasul sebagai petunjuk pada orang-orang Islam.
Menurut sementara sejarawan, bahwa penulis-penulis pertma riway hidup Rasulullah adalah: ‘Urwah bin Zubair bin ‘Awwam (92 H), Abbas bin Usman (105 H), Wahab bin Munabbih (110 H), dan Abdullah bin Hazm (135 H). Tetapi buku-buku sejarah mereka itu telah musnah seluruhnya, kecuali cuplikan-cuplikannya yang masih tersebar dalam buku-buku sejarah Al-Thobary dan hanya sebagian dari kitab Wahab bin Munabbih yang masih tersimpan di kota Heidelberg Jerman Barat.

3.      Pemahaman Yang Keliru Terhadap Sejarah Nabi
Membaca sejarah Nabi dengan Khusu’ dan tunduk dan tunduk kepada Allah Swt orang-orang dewasa ini. Mencintai Nabi Muhammad saw, bukanlah mengubah syair-syair sanjungan kepada beliau terhadap sifat-sifatnya yang luar biasa dan dibacakan pada waktu-waktu tertentu.
Orang islam yang tidak menghayati sunnah Rasulullah Saw dalam hati sanubarinya, tidak mau mengikuti jejak amal perbuatan dan pemikiran beliau tentu idak akan berpaedah baginya ucapan shalawt seribu kali siang dan malam.
Bila mereka ingin mencari sejarah yang mengagumkan dan tradisi yang mulia untuk diikuti dan dimanfaatkan, baik mengenai akhlak mulia, maupun kaidah-kaidah yang utama serta murni politik yang jujur hendaklah mereka mencaridari sumber-sumbernya yang murni yaitu Al-Qur’an dan Hadis yang sahih.


4.      Lankah-langkah atau Metode-metode Mengajar Sejarah

Seorang guru dalam mengajar sejarh dapat mengikuti prosedur berikut:
a.      Appersepsi
Guru dapat memberikan appersepsi yang menarik perhatian anak untuk mendengar cerita. Misalnya guru menggunakan metode tanya jawab.

b.      Penyajian
Guru dalam menyajikan sejarah hendaknya menggunakan gaya bahasa cerita, dimana ia harus memperhatikan hal-hal berikut:
1)      Hendaknya guru menggunakan bahasa yang menarik.
2)      Penyajian sejarah hendaknya secara periodesasi dimana setiap periode itu merupakan bagian yang tak terpisahkan dan diselingi dengan pertanyaan-pertanyaan untukmemantapkan isi pokok dari masing-masing periode.
3)      Menulis judul periode pada papan tulis sebelum atau ssudah penyajian.
4)      Menulis nama-nama tokoh yang berperan dalam ceritayang diuraikan,agar nama-nama tersebut menjadi ingatan pelajar dan memudahkan mereka mengingatnya.
5)      Dalam penyajian guru harus memperhatikan usaha mengkongkritkan pengertian melalui aneka mimik dan pantomimik agar tergugah perasaan siswa untuk mencintai dan meneladani tokoh pemeran sejarah berikut.

c.       Korelasi
Menghubungkan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam sejarah dengan realitas hidup sekarang dan topik-topik pendidikan agama yang lain ataupun dengan bidang studi lainnya bila ada kesempatan.
d.      Kesimpulan
Guru menyuruh agar siswa mengulan cerita dan menanyakan kepada mereka peristiwa-peristiwa periode demi periode. Setelah itu guru mencatat di papan tulis pokok kesimpulan sebagai akhtisar.



e.       Evaluasi
Guru mengadakan diskusi dengan siswa semua materi yang barudiberikan unntuk mengetahui sampai dimana mereka dapat menguasai atau dapat juga mereka disuruh untuk menulis bgian-bagian yang mengandung nilai moral,atau mendramatisasikan dalam lokal atau di pentas yang tersedia, atau menyruh siswa melukiskan perasaan mereka terhadap tokoh sejarah dan sejauh mana mereka terpengaruh dengan kepribadian dan tingkah laku tokoh tersebut.


5.      Media Pengajaran Sejarah

Hendaknya guru menyiapkan mermacam-macam alat peraga dan menggunakannya dimana perlu. Dalam menguraikan sejarah Nabi misalnya guru dapat menggunakan slide atau film kalo tersedia, mendengarkan rekaman yang sering diputar dari pemancar radio pada hari-hari besar Islam seperti Maulid. Hijrah ataupun Isro’ Mi’raj.
Dan mungkin juga di ambil naskah/ pita kaset daripemancar-pemancar yang ada. Ataupun disuruh salah satu siswa untuk merekamnya dari salah satu pemancar Negara Arab yang dapat di tangkap dari daerah tersebut.

6.      Tujuan Mempelajari Sejarah

a.       Murid-murid yang membaca sejarah adalah untuk menyerap unsur-unsur dari sejarahnya agar mereka dengan senang hati mengikuti tingkah laku para Nabi dan orang-orang saleh dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam membaca saja pun aka merupakan pengingat antara orang-orang besar itu dengan orang-orang yang mengenalnya. Dan besar kemungkinan bacaan itu akan memberi dorongan untuk dilanjutkan sehingga menjadi studi yang mendalam dan akan menambah kemanusiaan yang lebih erat.
b.      Pelajaran sejarah meripakan contoh teladan baik bagi umat islam yang meyakinkannya dan merupakan sumber syari’ah yang besar. Oleh karena itu, maka kesalahn pada penyajian peristiwa-peristiwa sejarah adalah kesalahan besar terhadap hakikat iman itu sendiri.
c.       Studi sejarah dapat dapat mengembangkan iman, mensucikan moral, membangkitkan patriotisme dan mendorong untuk berpegang pada kebenaran serta setia kepadanya.
d.      Bidang studi sejarah akan memberikan contoh teladan yang sempurna kepada pembinaan tingkah laku manusia yang ideal dalam kehidupan pribadi dan sosial anak-anak yang mendorong mereka untuk mengikuti teladan yang baik yang diterima sebagai realita yang hidup dari sejarah Nabi, bertingkah laku seperti akhlak Rasul. Denagn demikian studi sejarah akan menumbuhkan cinta kepada kebesaran,kcenderungan meneladaninya, ketika ia mulai merasakan bahwa dia pun adalah salah seorang pengikut Nabi Saw.

7.      Contoh Persiapan Mengajar Sejarah

Hijrah
Tanggal                       :
Kelas                           :
Jam Pelajaran              :
Satuan Pelajaran          :
Urain                           :

Tujuan mempelajari sejarah mengenai hijrah nabi adalah:
1.      Membantu siswa menyerap pengetahuan-pengatahuan sebagai berikut:
a.       Meningkatkan ancaman orang-orang kafir terhadap Rasul dan orang-orang muslim dan tuntutan hijrah.
b.      Tibanya Rasul dan pengikut-pengikutnya di Madinah.
c.       Upacara panyambutan meriah kedatangan Rasul dan sahabat-sahabatnya serta kegembiraan penduduk Madinah.
d.      Pembangunan Masjid Nabawi yang kemudian menjadi tempat peristirahatan beliau yang terakhir.
2.      Membantu anak didik untuk menyerap nilai-nilai dan contoh teladan drikut:
a.       Murid-murid meyakini bahwa wilayah Islam itu adalah suatu kesatuan yang utuh.
b.      Menyanadari bahawa umat Islam merupakan satu keluarga besar yang saling mengikat.
c.       Umat Islam wajib menunaikan janji kepada Allah SWT. Serta memiliki iman yang tangguh, walau bagaimanapun ancaman dan penganiayaan yang dihadapi.
d.      Berani melakukan hijrah bila terpaksa demi meninggalkan kebenaran.
3.      Bermacam-macam kegiatan dapat diharapkan dari judul ini:
a.       Menyiapkan peta perjalanan dari Mekkah ke Madinah.
b.      Membuat gambar gua Tsur (Hiro’) yang di pintunya sarang laba-laba dan sepasang burung merpati yang berisi telurnya.
c.       Membuat gambar penduduk Madinah yang sedan menyambut Rasulullah Saw.
d.      Menyiapkan gambar berwarna untuk oran-orang Islam yang sedang shalat bejama’ah setelah mereka menganut ajaran agama Islam.
Appersepsi
Barankali guru lebih baik menyuruh siswa membaca judul tersebut yang trdapat dalam buku Al-Tarbiyah Al-Islamiyah sebelum dipelajari di dalam kelas.
Untuk persepsi ini guru dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan berikut:
1)      Mengapa Rasulullah berhijrah ke Madinah?
2)      Siapakah teman beliau dalam hijrah tersebut?
3)      Bagaimanakah sambutan orang-orang Madinah terhadap kedatangan beliau?
4)      Di lokasi manakah Rasulullah mendirikan Masjidnya?

Penyajian
Guru menyajikan cerita kepada murid dengan menggunakn buku pelajaran yang biasa guru pegang sesui materi dan kurikulum yang ada.






BAB III
KESIMPULAN

§  Yang dimaksud dengan sejarah ialah studi tentang riwayat hidup Rasulullah saw, sahabat-sahabat dan imam-imam pemberi petunjuk yang diceritakan kepada muri-murid sebagai contoh teladan yang utama dari tingkah laku manusia yang ideal, baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial.
§  Penulisan sejarah Rasul telah bercampur dengan sejarah umum. Ada diantara para sejarawan yang menjadikan satu bab khusus tentang riwayat hidup rosul dalam buku sejarhnya, dan ada pula yang menulis dalam satu buku tersendiri.
§  Lankah-langkah mengajar sejarah
o   Appersepsi
o   Penyajian.
o   Korelasi
o   Kesimpulan
o   Evaluasi

§  Untuk media pengajaran sejarah, hendaknya guru menyiapkan bermacam-macam alat peraga dan menggunakannya dimanapun diperlukan.












DAFTAR PUSTAKA

Abyan, Amir, Dkk, Tarikh Islam, Jakarta: Depag RI, 1986

Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Rajawali Press, 1993